![]() |
Damin Sada,tokoh jawara Bekasi Dedi Mulyadi, bupati Purwakarta, Jabar |
Damin Sada adalah pria asal Kampung Gabus Desa Srijaya. Damin juga pernah menjabat sebagai kepala Desa Sriamur Kec. Tambun Utara dua periode. Beberapa hari yang lalu Damin Sada tampil menantang untuk berdebat dengan bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang melakukan PagelaranSafari Budaya di 23 Kecamatan yang ada di kabuapaten Bekasi.
Masih ingat peristiwa penghancuran Tugu Lele di Bulan-bulan Bekasi, pria inilah penggeraknya, karena menurutnya patung lele melambangkan kerakusan. Lele itu apa aja dimakan, makanya patung lele yang dibuat Pemkab Bekasi saya hacurkan karena merupakan penghinaan bagi warga Bekasi terutama Bekasi Utara." Kata Damin yang dikenal sebagai tokoh jawara Bekasi.
Pria ini juga pernah mendirikan perkumpulan para jawara yang diberi nama Solidaritas Islm Jawara Bekasi (SIJAB) dengan tujuan menentang kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kegiatan Pagelaran Safari Budaya yang digelar oleh Dedi Mulyadi atau dalam dunia seni dikenal dengan julukan Dangiang Ki Sunda dialun-alun Kecamatan Sukatani Kabupaten Bekasi di warnai insiden kecil, Kamis malam, 01 September 2016. Dalam acara pagelaran yang dimulai sekitar jam 20.00 WIB juga dihadiri Bupati Bekasi dr.hj Neneng Hasanah Yasin beserta suaminya, Almaida Rosa Putra.
Insiden terjadi saat seorang pria bernama Damin Sada memaksa naik ke atas panggung untuk menantang Dedi Mulyadi yang juga bupati Purwakarta berdebat. Bahkan Damin sempat memaki-maki salah satu panitia yang bernama Sonhaji.
Beberapa petugas keamanan dari jajaran Kepolisian Sektor (Polsek) Sukatani, Bekasi dengan sigap menghalau pria tersebut dan dibawa menjauh dari lokasi panggung. Kapolsek Sukatani, AKP Sumarjan langsung mengendalikan situasi dan menenangkan Damin Sada.
Damin Sada ketika dikonfirmasi wartawan terkait maksudnya menantang Dedi Mulyadi mengatakan dirinya tidak setuju ada Pagelaran Safari Budaya diadakan di Kecamatan Sukatani dengan alasan masyarakat yang ada di Sukatani didominasi oleh suku Betawi dan keturunan Banten.
Seharusnya kata Damin, kalau pun hendak mengadakan acara safari budaya, juga harus menampilkan kesenian-kesenian Banten seperti debus, pencak silat atau topeng Betawi. “Di sini kan banyak kesenian lokal, tapi kenapa justru budaya sunda yang ditampilkan? Saya juga mempertanyakan ucapan “sampurasun” segala bukannya assalammu”alaikum seperti lazimnya orang muslim.” kata Damin.
Pria ini menuding, pagelaran tersebut bukan semata-mata demi sebuah budaya, tapi lebih sarat dengan muatan politik menjelang Pemilihan Gubernur Jabar dan Pemilihan Bupati Bekasi.
Sementara itu ditempat terpisah, koordinator Acara Sapari Budaya, Maya, mengatakan bahwa acara tersebut dilaksanakan di 23 kecamatan.
“Kita sudah melaksanakan di 40 titik, hanya 2 kecamatan yang belum yaitu kecamatan Bojongmanggu dan Serang Baru. Seperti yang abang lihat tadi ada ibu-ibu yang dipanggil oleh Kang Dedi Mulyadi kemudian diberi santunan secara spontanitas. Itulah bentuk dari tali kasih antara bupati dan rakyatnya,”katanya, Kamis malam, 01 September 2016.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar