Kepala Bidang Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata Kota Bekasi, Erwin Guwinda |
Konsep
Bekasi Smart City (BSC) yang tengah dijalankan Pemerintah Kota (Pemkot)
Bekasi dinilai bisa menjadi solusi permasalahan yang ada seperti
kemacetan, meningkatnya kebutuhan energi, air bersih, transportasi,
kesehatan, serta meningkatnya masalah lingkungan, sosial dan keamanan.
“Pada
prinsipnya, konsep Smart City ini memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayanan publik.” kata Kepala Bidang Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata
Kota Bekasi, Erwin Guwinda kepada wartawan, Jumat, 23 September di Bekasi.
Erwin
mengatakan, program Smart City atau kota cerdas untuk mewujudkan
pelayanan publik yang maksimal melalui berbagai aplikasi. Menurutnya,
dengan berbagai aplikasi penunjang Smart City yang digunakan, diharapkan
mampu memangkas alur birokrasi di Kota Bekasi yang terlalu panjang. “Penerapan
program smart city ini mendorong percepatan dan pencapaian visi misi
Kota Bekasi melalui perkuatan program dan kegiatan pembangunan.” kata
Erwin
Bukan hanya
itu, penyediaan layanan smart city ini juga untuk mendukung kinerja
pemerintah dan kualitas layanan yang diselaraskan dengan prilaku dan
budaya masyarakat. “Saat ini kita masih dalam proses penyempurnaan, yang
selama ini program smart city masih sering dibilang belum smart,” kata dia.
Untuk
pencapaian sasaran Smart City lanjut Erwin, pihaknya masih
mengintegrasikan antar Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) guna
memudahkan tiap kebutuhan bagi masyarakat dapat di akses melalui Smart
City. Meski
menurutnya integrasi tiap SKPD masih menjadi kendala dalam proses menuju
Kota pintar, “Kendalanya masih tentang integrasi antar SKPD, salah satu
contoh mulai dari pendataan yang dibutuhkan untuk disajikan pada
program Smart City yang disajikan melalui aplikasi untuk masyarakat,” kata Erwin.
Namun
demikian, kata dia program Smart City Pemkot Bekasi tidak akan berjalan
efektif tanpa ada dukungan semua pihak, “Semua elemen masyarakat, baik
antar SKPD, CSR, dan Swasta harus berperan serta memahami apa itu Smart
City,” ulasnya.
Erwin
juga menambahkan, dia mengaku ketidakpahaman tentang Smart City masih terkendala tidak
hanya ditengah masyarakat, tapi juga masih ditingkat Kelurahan dan
Kecamatan tentang bagaimana mengintegrasikan program tersebut. “Meski
kita pernah memberikan pemahaman tentang Smart City, masih banyak yang
belum paham secara menyeluruh, baik itu Lurah maupun Camat, karena
pemahaman itu berproses,” imbuhnya.
Program
Smart City yang menelan anggaran Rp 800 juta dari APBD 2016 itu
diharapkan dapat segera rampung meski tidak target dalam program
tersebut. Ia berharap program Smart City ini bisa maksimal dan manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat Kota Bekasi.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar