Kamis, 08 September 2016

Sudah 3 Tahun Bendung Kedung Gede 5 & 6 Dibiarkan Rusak, LSM SNIPER : BBWS, PJT II dan Pemprov Hambat Kinerja Jokowi

Keterangan poto : salah satu bendungan yang rusak di Cikarang Timur. Poto diambil hari Jum'at, 9 September 2016. Poto : Madrawi
REPORTER : MADRAWI-TOP JABAR

Cikarang, Bekasi - Penggiat sosial di Kabupaten Bekasi menuding pihak Perum Jasa Tirta (PJT)  II dan  BBWS  sudah menghambat Program Presiden Jokowi pada sektor pertanian. Tudingan ini dikarenakan  masih belum dilakukannya perbaikan 2 bendungan yang jebol, yakni Bendungan Kedunggede (BKG) 5 dan 6 di desa Labangsari dan Cipayung, Cikarang Timur, kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Ketua LSM SNIPER INDONESIA (Solidaritas Transparansi Intelektual Pemerhati Indonesia), Gunawan mengatakan, bendungan tersebut sudah lama jebol namun tidak ada respons dari pemerintah. Seharusnya pihak terkait dan bertanggungjawab menangani jebolnya bedungan tersebut yaitu ialah Perum Jasa Tirta (PJT) II, BBWS dan Pemprov Jawa Barat segera turun tangan.
 
Kata Gunawan, karena sudah 3 tahun dibiarkan rusak,  petani terpaksa turun tangan untuk memperbaiki secara swadaya dengan menggunakan karung berisi tanah untuk menahan debit air. “Harusnya cepat tanggap dong, Jangan sampai ada masalah baru diperbaiki, silahkan saja dicek langsung, kondisi bendungannya sudah sangat mnengkhawatirkan, hujan deras juga bisa jebol tanggulnya,” tandasnya.

 
Tambahnya, bila ini dibiarkan , akan berdampak pada kehidupan petani secara langsung, karena petani selalu menuai kerugian diakibatkan hasil panen yang menurun  karena selalu terganggu kekurangan air dan juga banjir. Apalagi menurutnya, Desa Labansari dan Cipayung menjadi sentral andalan penghasil beras dari Kabupaten Bekasi. 

 

April tahun 2016 ada tim kajian dari ITB dan ITS untuk DED, namun tak kunjung ada realisasi perbaikan, sementara ratusan hektar sawah milik petani sangat membutuhkan air,sampai  petani harus alami penurunan hasil panen sebanyak 50%, karena jika petani butuh air kurang pasukan dan harus rela menggunakan mesin pompa.” Kata Gunawan, Jum’at, 9 September 2016.

Ditempat terpisah Adang (47)  pemilik sawah di desa Labansari mengeluhkan kekurangan air pada sawahnya yang digarapnya. “Bagaimana bisa bertambah hasil panen jika selalu kekurangan air. Jika panen selalu berkurang kami tidak mampu menghidupi keluarga karena pertanian adalah sumber penghidupan utama disini.” Kata Adang, Jum’at, 9 September 2016.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Perum Jasa Tirta II, Balai Besar Wilayah Sungai dan Pemprov Jabar masih belum bisa dimintai tanggapannya. (*)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar