Senin, 05 September 2016

Ternyata Sebagian Tentara KNIL Tidak Ingin Tunduk Kepada Belanda, Dan Masih Setia Kepada RI, Sulawesi 1945

tentara Belanda sedang patroli
Meskipun tentara KNIL adalah tentara bentukan Belanda, tetapi tidak semua anggota tentara pendukung setia Belanda.Ada sebagain dari mereka yang sebenarnya hanya ingin mendapatkan latihan militer dan kemudian ingin melepaskan diri setelah memegang senjata dan mendapatkan pelatihan militer yang akan menjadi bekal untuk membangun pasukan yang sangat vital dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Seperti kisah yang sering kita dengar di Jawa banyak dari mantan Haiho dan PETA untuk kemudian menjadi pendukung perjuangan Republik, maka di Makassar banyak dari pejuang adalah mantan KNIL. KNIL singkatan dari bahasa Belanda ; het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger, atau secara harafiah: Tentara Kerajaan Hindia-Belanda.
Meskipun KNIL melayani pemerintahan Hindia-Belanda, banyak di antara anggota-anggotanya yang adalah penduduk bumiputra di Hindia-Belanda dan orang-orang Indo-Belanda, bukan orang-orang Belanda.
Di antara mereka yang pernah menjadi anggota KNIL pada saat menjelang kemerdekaan adalah Mangkunegara VII, Sultan Hamid II, Oerip Soemohardjo, E. Kawilarang, A.H. Nasution, Gatot Soebroto dan T.B. Simatupang serta tentu saja Muhammad Suharto, yang kelak memegang peranan penting dalam pengembangan dan kepemimpinan di dalam angkatan bersenjata Indonesia.
Pergerakan revolusi di Sulawesi Selatan ini banyak di pelopori oleh para mantan KNIL yang masih cinta tanah kelahirannya, dan kemudian meninggalkan figure kehormatan KNIL Ratu Wilhelmina yang bagi orang Indonesia ratu Belanda itu tidak lebih dari seorang ratu yang memiliki ide penjajahan di Hindia Belanda. Kesadaran seperti ini masih ada para sebagian dari orang-orang bumi putra atau bahkan Indo Belanda yang kemudian secara sukarela dan penuh dengan resiko menggabungkan diri kepada perjuangan Republik Indonesia.
 
Proklamasi kemerdekaan sudah terdengar sampai ke Sulawesi Selatan. Melalui seorang wartawan yang bernama Mania Sophian informasi ini diedarkan. Para pemuda di Selawesi menyambut kabar tersebut dengan suka cita. Untuk mempercepat berita ini maka Manai Sophian yang mempunyak akses terhadap para tokoh-tokoh pemuda di Jawa oleh para pemuda di Sulawei Selatan di pilih menjadi Ketua pemuda untuk kemudian bertolak ke Pulau Jawa sebelum dimulai aksi-aksi pertempuran-pertempuran Makasar untuk melawan NICA.
Oleh pimpinan daerah ia antara lain diutus untuk mengadakan hubungan dengan pemerintah pusat guna mendapat bahan-bahan untuk melancarkan roda perjuangan, seperti uang, senjata dan koordiansi antara perjuangan di Sulawesi Selatan dengan di Pulau Jawa. Di Jawa Sophian menggabungkan diri sebagai pengurus PNI dan anggota KNIP.
Para Pemuda yang memiliki semangat yang berkobar-kobar pada waktu itu dan merasa bahwa perjuangan dan usaha perjuangan masih sangat tertinggal bila dibandingkan dengan teman-temanya di Jawa dan Sumatra seperti yang didengarnya melalui radio, merasa ada yang kekurangan tegasan dalam tindakan proklamasi diSulawesi.
Oleh sebab itu mereka merencanakan untuk mengadakan suatu demonstrasi secara besar-besaran pada tanggal 23 oktober 1945. Pemuda-pemuda akan berpawai pasukan demi pasukan dengan membawa bendera merah putih. Bendera harus dipertahankan dengan segala konsekuensinya bila fihak NICA nanti bertindak.
Rencana tersebut terpaksa dibatalkan setelah ada pembicaraan dengan staf gubernur. Golongan angkatan tua tidak begitu menyetujuinya, mereka beralasan bahwa usaha para kaum muda di KNIL itu justru akan membahayakan perjuangan RI selanjutnya. Memang adalah suatu kesulitan, karena panglima tentara Australia tidak dapat menyetujuinya adanya demonstrasi-demonstrasi dan pemimpin-pemimpin kita lebih mementingkan suasana yang baik dengan pimpinan Sekutu.
Rencana ini justru didukung oleh sebagian anggota KNIL di Makassar yang masih cinta tanah airnya. Memang ada dua golongan di dalam tubuh KNIL yang satu dengan lainnya sangat bertentangan. yakni golongan angkatan muda yang baru datang dari morotai (gezakstreopen) dan golongan KNIL tua yang baru dibebaskan dari kamp-kamp interniran.
Sumber : Heri Hidayat Makmun/indonesianvoices

Tidak ada komentar:

Posting Komentar