
SUMBER : BERBAGAI SUMBER
Suku
Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak,
Banten.
Sebutan
"Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada
kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan
masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden).
Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai
Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut.
Mereka
sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang
Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu
kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo, Kanekes dan lain-lain.
Bagaimana mereka menikah? Di dalam proses pernikahan yang
dilakukan oleh masyarakat Baduy hampir serupa dengan masyarakat lainnya. Namun,
pasangan yang akan menikah selalu dijodohkan dan tidak ada yang namanya
pacaran.
Orang tua laki-laki
akan bersilaturahmi kepada orang tua perempuan dan memperkenalkan kedua anak mereka masing-masing. Setelah mendapatkan kesepakatan, kemudian dilanjutkan dengan proses 3 kali
pelamaran.
Yag pertama, pihak
calon mempelai pria, dalam hal ini orang tua calon
pengantin pria melapor ke Jaro
(Kepala Kampung) dengan membawa daun sirih, buah pinang dan gambir secukupnya.
Sedangkan tahap kedua, selain membawa sirih, pinang, dan
gambir, pelamaran kali ini dilengkapi dengan cincin yang terbuat dari baja
putih sebagai mas kawinnya.
Dan yang ketiga, mempersiapkan alat-alat kebutuhan
rumah tangga, baju serta seserahan pernikahan untuk pihak perempuan.
Pelaksanaan akad nikah dan resepsi dilakukan di Balai Adat yang dipimpin
langsung oleh Pu’un untuk mensahkan pernikahan tersebut.
Dalam tradisi warga Baduy tidak
dikenal yang namanya poligami dan perceraian. Mereka hanya diperbolehkan untuk menikah kembali
jika salah satu dari mereka telah meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar