REPORTER : AGUS JAELANI
Upacara peringatan HUT kemerdekaan Republik Indonesia ke 71
tahun tidak hanya dilakukan di kantor pemerintahan dan lembaga formal saja, namun
peringatan dan upacara ini juga dilakukan oleh ratusan warga di Desa Asem
Margaluyu Kecamatan Cibadak. Kabupaten Lebak, Banten.
Beginilah semangat warga Desa Asem
Margaluyu Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak, Banten, , saat melaksanakan
upacara HUT RI ke 71 tahun yang digelar
di tanah lapang di desa setempat.
Upacara ini diikuti hampir semua
warga desa, ada anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD), RT, RW, Karang Taruna, bidan
desa, kader Posyandu, dan masyarakat umum.
Uniknya peserta upacara, dibebaskan
mengenakan pakaian apapun sesuai dengan kesehariannya, ada yang bawa cangkul,
Scrop,semprotan padi, Keranjang rumput. Semua hadir ingin menunjukan
kegembiraanya dalam ucpara peringatan HUT RI ke 71 tahun tersebut. Meski pakaian seadanya dan alas kaki apa
adanya, namum para warga Desa Asem Margaluyu ini sangat semangat mengikuti
kegiatan upacara yang di gelar di desanya.
Ternyata selain untuk memperingati kemerdekaan,
upacara tersebut juga merupakan bentuk sindiran kepada pemerintah agar lebih
memperhatikan desanya. Ketua BPD Desa Asem Margaluyu, Dayat yang bertindak selaku pembina upacara dalam
sambutannya mengatakan, desanya sangat butuh perhatian dari pemerintah. Dengan
mengadakan upacara yang diikuti oleh warga diharapkan pemerintah bisa lebih
perhatian. “Jalan Kampung
Leuwipicung-Pabuaran kondisinya rusak berat, sudah 20 tahun tak pernah disentuh. Kita
seperti masih jauh dari tujuan kemerdekaan itu sendiri.” Kata Dayat.
Menurut Ketua Panitia HUT RI ,
Isep Sholehudin, kegiatan ini dilakukan untuk memberikan semangat kembali
kepada warga desa atas kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah diraih dengan
pengorbanan darah dan nyawa oleh para pejuang kemerdekaan tersebut. Sehingga
dengan kegiatan upacara ini, bisa kembali memperkuat rasa
nasionalisme yang ada di masyarakat.
“Agar pemerintah juga tau, bahwa di warga
Asem Margaluyu juga bagian dari bangsa Indonesia yang daerahnya harus
diperhatian. Desa ini sangat tertinggal, masih jauh dari tujuan kemerdekaan itu
sendiri. Jalan-jalan rusak butuh perbaikan segera.” Kata Isep.
Salah satu warga mengaku terharu, bangga dan sangat senang, sehingga sulit diungkapankan bisa ikut upacara di hari kemerdekaan tersebut, karena selama ini, ia tidak pernah melakukan upacara 17 Agustusan seperti orang kantor pemerintahan.
“Saya sangat terharu dan senang.
Baru sekarang warga kami mengadakan upacara peringatan hari kemerdekaan seperti
ini. Kami juga warga Indonesia, tapi desa kami masih sangat tertinggal.” Kata
Sibli yang bekerja sebagai supir angkutan kota, Rabu, (17/8) seusai mengikuti
upacara.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar